Minggu, 20 Februari 2011

Banyak Orang Alim Jasadnya Tetap Utuh


Ketika makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ponpes Tebuireng Jombang ambles, Selasa (15/2/2011), kain kafannya terlihat tetap putih bersih. Jasadnya masih utuh. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Ahli Geologi Yogyakarta Agus Hendratno pernah menyatakan, dari teori geologi, memang bisa saja jasad manusia yang dikubur akan tetap utuh. Penyebabnya mungkin saja di dalam tanah itu tidak terdapat hewan organik yang bisa mengubah jasad manusia, seperti kulit dan daging menjadi tanah.

"Sebenarnya peristiwa utuhnya jenazah masuk lebih kepada urusan spiritual. Tapi kalau mau dikait-kaitkan ke dalam teori geologi, bisa saja di liang lahat itu tidak terdapat hewan organik," urainya seperti dilansir beritajatim.com.

KH Said Budairy juga pernah membahas jasad yang diketahui masih utuh walau sudah meninggal beberapa tahun. Menurutnya, jasad itu dilindungi oleh Allah. "Kejadian seperti itu sudah sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Dan biasanya yang jasadnya seperti itu adalah orang-orang yang hafidz Alquran dan alim," jelasnya.

Ditambahkannya, untuk melihat kealiman si jenazah bisa dilihat dari perjalanan hidup almarhum. "Dan kalau seperti yang saya dengar kiai itu sebagai orang yang ahli ilmu, itu sudah tidak salah lagi. Berarti kiai itu dilindungi Allah di dalam kuburnya," imbuhnya.

Sekadar diketahui, peristiwa jasad utuh memang tidak hanya dialami oleh Gus Dur. Bulan Agustus tahun 2009, warga Tangerang dikagetkan ketika menyaksikan jasad Kiai Abdullah Mukmin masih utuh. Padahal usia jasad tersebut sudah 26 tahun. Kiai Abdullah adalah seorang guru agama. Pada tahun 1950-an, setelah belajar di Darul Ulum, dia ke Makkah selama 25 tahun.

Peristiwa yang sama terjadi di Banjarmasin September 2009. Saat itu makam Murah bin Jamil dibongkar untuk dipindahkan, pihak keluarga kaget, kondisi rangka, kulit, daging rambut dan gigi masih tetap terpasang. Padahal Murah bin Jamil telah meninggal 8 tahun sebelumnya.

"Beliau dikenal orang yang sederhana, baik hati dan perhatian dengan keluarga. Bahkan, beliau sayang dengan masyarakat sekitar," kata salah satu anggota keluarga, waktu itu.

Di Pekalongan, justru ada jasad yang dikubur lebih dari 30 tahun ternyata masih utuh. Bahkan kain kafan dan talinya tak rapuh. Peristiwa langka ini menggegerkan warga sekitar Pemakaman Umum Kompleks Masjid Al Husein, Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, pada bulan Mei 2010. Sayangnya, warga tidak mengetahui nama dan ahli waris dari jenazah tersebut.

Masih banyak kejadian orang meninggal puluhan tahun tetapi jasadnya masih utuh. Sama seperti Gus Dur, mereka adalah orang-orang yang selama hidupnya berlaku baik dan beribadah kepada Allah SWT. (mad)
Continue Reading...

Minggu, 13 Februari 2011

Alumni Cirebon Sambut Masyayikh Di Sunan Sunan Gunung Jati Cirebon


Cirebon - Rombongan Ziaroh Fatkhil Wahab 2011 Pondok Pesantren Al falah Ploso Mojo kediri beserta Para Masyayikh rawuh (tiba) di Sunan Gunung Jati Cirebon (02/12) pukul 16.15 disambut seluruh Alumni Pondok pesantren Al Falah Ploso yang berada di Wilayah III Cirebon Meliputi Indramayu,Cirebon,Majalengka dan kuningan yang terhimpun dalam Organisasi OSPIC semua para alumni senantiasa merasa bahagia bisa bertemu langsung dengan Para Masyakih Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Romo KH.Nurul Huda Dzajuli Ustman,Ibu Nya Badriyah dan para Gawagus .

Dalam Tausiyah Romo KH.Nurul Huda Dzajuli Ustman, untuk mengingatkan kepada seluruh Alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso selalu senantiasa meningkatkan Alaqoh dengan para Masyayik serta selalu beristiqomah dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Peran serta Alumni sangat erat sekali dengan Pondok pesantren Al Falah ploso, bayak dari para Alumni yang Memesantrenkan anak didiknan ke Al falah Ploso semoga ini berkesinambungan.

Ziaroh Wali Songo ini rutin dilaksanakan setiap tahun menurut panita Rombongan ziaroh, dan tepatnya pada bulan Maulid peserta dari para santri Musyawirin Praksi Fatkhil Wahab .(din)
Continue Reading...

Kamis, 12 Agustus 2010

Alquran Terbesar di Dunia


Sebuah Alquran terbesar kemarin (11/8) dipamerkan dalam awal bulan suci Ramadan, di arena Pameran Alquran, di pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta. Alquran buatan Wonosobo yang juga Alquran terbesar di dunia tersebut ditulis oleh dua orang santri pesantren Al-Asy’ariyah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.
Alquran tersebut ditulis kurang lebih selama 14 bulan dengan ukuran halaman 145×195 cm, dan ukuran teks 80×130 cm.
Untuk membalikan lembaran halaman Alquran tersebut membutuhkan sedikitnya dua orang. Alquran tersebut terbuat dari karton manila warna putih. Pembuatan Alquran tersebut selama 14 bulan dari 16 Oktober 1991 sampai 7 Desember 1992. (jpnn)
Continue Reading...

Rabu, 04 Agustus 2010

MUI Sumut Sosialisasikan Fatwa Infotainment


Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Utara menyosialisasikan fatwa haram infotainment dan kopi luwak yang tercantum surat Komisi Fatwa MUI Pusat Tahun 2010.

Dalam sosialisasi di Aula Tranparansi Dinas Komunikasi dan Informatika Sumut di Medan, Selasa, Ketua MUI Sumut Prof Dr Abdullah Syah mengatakan, penetapan fatwa haram itu dilakukan setelah melalui berbagai kajian, khususnya mengenai manfaat dan kerusakan bagi umat Islam.

Abdullah Syah menjelaskan, infotainment diharamkan karena lebih bertujuan membuka aib orang lain dan tidak memberikan pendidikan atau manfaat apa pun bagi masyarakat.

Dalam Islam, membuka aib orang lain itu sangat dilarang, bahkan diumpamakan seperti memakan daging mayat objek yang aibnya diumbar tersebut.

Ia mencontohkan pemberitaan tentang perceraian atau perselingkuhan selebritis yang tidak layak diumbar karena selain menjelekkan pihak yang bersangkutan, juga memberikan efek kurang baik kepada masyarakat.

Namun, fatwa haram itu tidak berlaku terhadap materi infotainment yang memberikan pengaruh positif kepada masyarakat seperti perkawinan atau kegiatan sosial yang dilakukan selebritis.

"Seperti itu tidak haram karena tidak membuka aib, bahkan mendidik masyarakat," kata Guru Besar IAIN Sumut tersebut.

Fatwa haram itu juga disampaikan karena pengelola infotainment tidak memiliki kewenangan dalam membuka aib orang lain.

Membuka aib orang lain hanya boleh dilakukan petugas hukum seperti polisi dalam rangka mencari kebenaran, kata Abdullah Syah.

Kopi luwak diharamkan, kata dia, karena berstatus sebagai mutanajjis atau menerima atau tersentuh najis dari hewan sehingga harus dibersihkan terlebih dulu sebelum dikonsumsi.

Produk minuman yang di Sumut dikenal dengan "Kopi Tahi Musang" itu menjadi halal jika dibersihkan, asalkan warnanya tidak berubah, biji kopinya tidak pecah dan masih bisa disemai lagi.

"Kalau semua syarat itu dilakukan, kopi luwak halal dikonsumsi, bahkan diperjualbelikan," kata Abdullah Syah.

Ia mengumpamakan keberadaan kopi luwak seperti pohon cabai yang tumbuh dari kotoran burung yang sebelumnya memakan tanaman yang berasa pedas tersebut.

Cabai yang tumbuh dari kotoran burung itu boleh dimakan," katanya. (ant/mad)
Continue Reading...

Rabu, 16 Juni 2010

Para Santri dan Sejarah Cirebon yang Terpinggirkan



Cirebon dulu hanyalah sebuah pedukuhan kecil bagian dari sebuah negeri besar Pakuan Pajajaran yang memiliki pelabuhan laut yang terletak di kaki Gunung Sembung dan Amparan Jati, sementara daerah lainnya masih berupa hutan belukar. Naskah kuno berjudul Carita Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon yang ditulis tahun 1702 Masehi mengisahkan bahwa Dukuh Pasambangan pada tahun 1482, masih menjadi daerah kekuasaan Pakuan Pajajaran dengan raja yang berkuasa Prabu Siliwangi.
Yang patut dicatat dan direnungi, penguasa pelabuhan Cirebon masa itu begitu menghormati tokoh agama Islam yang mendirikan pesantren di sekitar pelabuhan meski ia sendiri bukan pemeluk Islam. Maka tokoh agama dan seorang kiai asal Mekah yang bernama Syekh Datuk Kahpi atau Syekh Idhofi juga disebut Syekh Nuruljati, membalas penghormatan penguasa pedukuhan itu dengan membantu pembangunan pedukuhan Cirebon, hingga berkembang pesat menjadi sebuah pedukuhan dengan pelabuhan yang besar dan terkenal di kalangan pedagang nasional maupun internasional. Setiap harinya pelabuhan ini dilabuhi banyak perahu dari berbagai negeri seperti dari Cina, Arab, Parsi, India, Malaka, Tumasik, Pasei, Jawa Timur, Madura, dan Palembang.
Peran Kiai Syekh Datuk Kahpi dan para santrinya kala itu dalam membangun kejayaan Cirebon tampak sangat menonjol. Islam di Cirebon kala itu berkembang pesat hingga mengalahkan agama yang lama, ternyata dibangun bukan dengan gerakan anarkis atau dengan perjuangan yang berdarah-darah. Kiai Syekh Datuk Kahpi mensyiarkan Islam dengan mewujudkan sabda Rasulullah saw., yakni dengan menebar citra bahwa Islam itu adalah agama yang menebar rahmatan lil ‘alamin.
Rupanya Kiai Syekh Datuk Kahpi paham benar tentang ajaran Islam sebagaimana yang di firmankan Allah SWT dalam Alquran Surat Al- Qashash:77 yang terjemahannya berbunyi, “…dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“.
Maka nama besar Kiai Syekh Datuk Kahpi ini menebar ke berbagai negeri. Tak pelak, namanya membuat dua anak Maha Raja Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi, bernama Raden Walangsungsang dan Nyai Lara Santang, menjadi santri di Pondok Pesantren Syekh Datuk Kahfi di Gunung Amparan Jati.
Dalam mendidik, Kiai Syekh Datuk Kahpi tidak mengajarkan terorisme terhadap para santrinya. Seperti yang tertulis dalam naskah kuno berjudul Carita Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon yang ditulis tahun 1702 Masehi. Kiai Syekh Datuk Kahpi selain mengajarkan ilmu keagamaan juga mengajarkan ilmu kehidupan. Sebagai contoh, saat dua orang santri, putra Prabu Siliwangi, selesai belajar ilmu agama selama tiga tahun, Kiai Syekh Datuk Kahfi menerjunkan para santrinya itu - dipimpin santri bernama Raden Walangsungsang - untuk babad alas/membuka hutan belukar untuk mendirikan pedukuhan di kebon pesisir, Lemahwungkuk yang pada waktu itu disebut Tegal Alang-alang.
Hasilnya menggembirakan. Para santri menunjukkan hasil dalam babad alas. Atas keberhasilan babad alas ini, Raden Walangsungsang - selaku pimpinan babad alas dijuluki Ki Samadullah oleh Kiai Syekh Datuk Kahpi. Dan setelah babad alas usai, Ki Samadullah pun mendirikan tajug baru dan membuat gubuk.
Dalam hitungan tahun pedukuhan ini makin lama bertambah ramai. Banyak orang berdatangan untuk berdagang dan menangkap ikan. Komandan santri yang babad alas Cerbon ini menikah. Pedukuhan ini berubah menjadi sebuah desa yang bernama Desa Caruban Larang. Kuwu pertama adalah mertua Ki Samadullah yakni Ki Danusela yang bergelar Ki Gedeng Alang-alang. Sementara Ki Samadullah diangkat menjadi pangraksa bumi.
Kepiawaian sosok santri Raden Walangsungsang alias Ki Samadullah ini mampu menarik simpatik banyak orang. Sehingga dalam tiga tahun Desa Caruban Larang banyak dikunjungi orang untuk berdagang bahkan berdiam menjadi penduduk setempat. Mereka yang berdiam di Desa Caruban larang adalah orang-orang dari berbagai bangsa dan berbagai agama serta berbagai profesi. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dipegang oleh seorang santri mampu mengayomi banyak orang dari berbagai bangsa, agama, dan pekerjaan. Ki Samadullah juga dikenal banyak menolong bukan cuma dari golongan sendiri tapi juga kepada orang dari golongan lain yang memang perlu dan membutuhkan pertolongan.
Atas saran dari gurunya Kiai Syekh Datuk Kahfi, Ki Samadullah dan adiknya Nyi Mas Lara Santang menunaikan ibadah haji dan belajar agama Islam di Makah kepada Syekh Abdul Yazid. Ki Samadullah - santri Syekh Datuk Kahfi ini , sepulang dari Makah mengajar agama Islam pada penduduk di Caruban. Makin lama makin banyak pengikut Ki Samadullah.
Ki Samadullah yang mendapat gelar Pangeran Cakrabuwana membangun keraton dengan berbagai kemudahan . Semua kemudahan itu tidak terlepas dari sikap hidupnya yang selalu menolong sesama. Ia telah mendapat pertolongan Allah SWT. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw., “Allah menolong seorang hamba selama hamba termaksud (suka) menolong sesama”.
Ki Samadullah ini merintis pembangunan kota yang sekarang berkembang menjadi Cirebon diperkirakan jatuh pada tahun 1445 Masehi. Ia adalah perintis adanya Cirebon sebagai sebuah negara yang berdaulat. Keberhasilan Ki Samadullah dalam membangun Cirebon diteruskan oleh seorang santri lainnya yang juga keponakan Ki Samadullah bernama Syekh Syarif Hidayat (belakangan dikenal dengan nama Sunan Gunung Djati), yakni cucu Prabu Siliwangi.
Keilmuan yang dimiliki santri Syarif Hidayat ini tak perlu diragukan. Sebab pada usia 20 tahun, ia telah mesantren ke berbagai negeri pusat agama Islam. Sunan Gunung Djati alias Syarif Hidayat pernah menjadi santrinya Syekh Tajuddin Al-Kubri Makkah selama 2 tahun dan menjadi santrinya Syekh Ata’ullahi Sadzili, pengikut Imam Safi’i, selama 2 tahun. Kemudian belajar tasawuf di Baghdad Irak. Tamat belajar dari Baghdad Sunan Gunung Djati mondok di Pasei Aceh dan berguru pada Sayid Ishaq selama 2 tahun.
Tahun 1470 Masehi Sunan Gunung Djati membuka pondok pesantren di Gunung Sembung (sekarang Desa Astana Kecamatan Cirebon Utara). Tahun 1479 Masehi Sunan Gunung Djati menjadi Tumenggung bergelar Susuhunan Jati dengan berkedudukan di Keraton Pakungwati. Bersamaan dengan itu Sunan Gunung Djati dinobatkan sebagai Penegak Panatagama Islam yakni wali di seluruh wilayah Sunda oleh para Wali Sanga, menggantikan guru ngajinya Syekh Datuk Kahpi atau Syekh Nurul Jati yang telah wafat.
Kepemimpinan Sunan Gunung Djati dengan syiar Islam yang mengajak rakyat untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT membuahkan hasil yang menggembirakan. Cirebon dibangun dengan tapak sejarah kemaksiatan. Terbukti penduduk Cirebon semasa kepemimpinan Sunan Gunung Djati sebagian besar berubah agama menjadi penduduk beragama Islam yang memelihara keimanan dan ketakwaan secara kaffah.
Bahkan saat Sunan Gunung Djati memproklamasikan Cirebon sebagai negara berdaulat dan tidak lagi menjadi daerah jajahan Pakuan Pajajaran, tanpa mengacungkan pedang dan mengumandangkan genderang perang saudara. Cirebon menjadi negara Islam yang besar dan berjaya di Jawa Barat dengan penduduknya yang makmur.
Keberhasilan Sunan Gunung Djati dalam memimpin negeri Cirebon hanya dan lantaran mengamalkan perintah Allah SWT dalam firman- Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa,pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (Al-A’raf:96). “…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluanya)-nya” (A-Talaq :2-3).

Inilah bukti sejarah yang tak terbantahkan bahwa peran para santri, para kiai beserta komunitas pesantrennya begitu penting dalam menentukan keberadaan Cirebon sebagai negeri yang berjaya. Para santri dan kiai beserta komunitas pesantrennya di Cirebon semestinya tak terabaikan begitu saja, apalagi terpinggirkan seperti saat ini.
Continue Reading...

Satu Grup FB Sebut Nabi Muhammad sebagai Babi



JAKARTA--Kemudahan membuat grup dalam jejaring sosial Facebook, seringkali disalahgunakan untuk menyebar kebencian diantara kehidupan beragama dan rasis. Belum lama, sebuah grup di Facebook mengajak anggotanyauntuk menggambar Nabi Muhammad SAW.

Kini muncul sebuah grup di Facebook yang berpotensi menyebabkan kontroversi dengan menamakan dirinya "Muhammad SAW bukanlah NABI, melainkan BABI". Hingga saat ini grup tersebut memiliki 1.124 anggota dan menuliskan kantor pusatnya berada di Mekah.

Namun, hampir seluruh komunikasi dilakukan oleh pencipta kelompok itu dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Kemudian, dalam akun grup tersebut juga memuat foto-foto yang menghina Nabi Muhammad SAW yang dapat memicu kemarahan umat muslim.

Sebagai pengguna akun Facebook, dapat melaporkan setiap kelompok yang dirasa tidak pantas. Dengan klik tombol "report group" yang tersedia di bagian bawah dari akun tersebut.

Hingga saat ini, grup tersebut masih aktif dan pihak Facebook belum melakukan aksi apapun terhadap akun kelompok tersebut.(sumber)
Continue Reading...

Jumat, 30 April 2010

Ponpes Lirboyo Tuding Depag Tak Paham Islam




KEDIRI - Penolakan hasil Bahtsul Masail ke-12 oleh Direktorat Jendral Bimas Islam Departemen Agama Nasaruddin Umar, mendapat reaksi keras dari pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.


Bagi Ketua Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) yang juga pengasuh Ponpes Lirboyo KH Abdul Muid Shohib, penolakan tersebut menunjukkan Dirjen Bimas Islam Depag Nasaruddin Umar tidak paham hukum Islam.

Menurut Abdul Muid yang biasa disapa Gus Muid, tidak semestinya seorang Dirjen Bimas Islam mengeluarkan pernyataan provokatif seperti itu. Hal itu memperlihatkan begitu rendahnya kualitas berpikir Nasaruddin dalam memahami forum diskusi dan pemikiran pondok pesantren.

“Bagi saya ucapan itu keluar dari orang-orang yang tidak mengerti hukum Islam,” ujar Gus Muid kepada wartawan, Rabu (20/1/2010).

Menurutnya, 258 santri dari 46 pondok pesantren se Jawa Timur yang terlibat sebagai peserta Bahtsul Masail adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan dasar hukum yang kuat dalam merumuskan persoalan.

Untuk memutuskan itu, menurut Gus Muid, mereka berpatokan pada sumber kitab klasik dan fikih seperti halnya dilakukan para cendikiawan jaman dulu. Karenanya Gus Muid menolak jika keputusan Bahtsul Masail dinilai mengada-ada dan hanya mencari sensasi belaka.

“Karena pesantren ini hanya menerima, mengumpulkan, termasuk mencari jawaban adanya persoalan yang terjadi di masyarakat. Jadi semua yang dibahas ini benar-benar ada dan sesuai perkembangan jaman,” paparnya.

Mengenai munculnya pro dan kontra di kalangan masyarakat atas keputusan tersebut, menurut Gus Muid sebagai hal yang wajar karena terbatasnya pengetahuan. Dan sebagai sesama umat Islam Dirjen Bimas seharusnya turut mensosialisasikan hasil pemikiran pesantren tersebut.

“Dan jika memang tidak sepakat, tentunya bisa diselesaikan dalam forum diskusi. Semua itu ada musyawarah dalam sebuah diskusi,” tegas Gus Muid.

Hal senada disampaikan juru bicara Panitia Bahtsul Masail ke-12 Nabil Haroen yang secara tegas menyatakan menolak tudingan Dirjen Bimas yang menilai forum Bahtsul Masail tidak memiliki dasar hukum yang jelas. “Para santri ini adalah insan yang cerdas. Mereka ini tidak asal bicara. Namun ada dasarnya,” pungkasnya singkat.
(Solichan Arif/Koran SI/teb)
Continue Reading...

Kamis, 29 April 2010

PBNU Gelar Ta'aruf



JAKARTA--Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Sahal Mahfuzh, menegaskan susunan kepengurusan PBNU sudah sesuai AD/ART organisasi. Pernyataan ini menepis dugaan yang beredar tentang adanya intervensi di balik penyusunan kepengurusan .

"Keputusan organisasi tidak dilandasi dasar personal atau alasan suka tidak suka,” paparnya menyampaikan sambutan di acara taaruf (ramah tamah) dalam rangka pengukuhan pengurus PBNU di Aula Pegadaian, Jl Keramat Raya, Jakarta Pusat, kamis (28/4), malam. Menurut, Sahal, kesuksesan pengurus ke depan tergantung pada kemampuan menjalankan garis besar organisasi yang telah ditetapkan pada Muktamar NU ke-32. "Garis besar organisasi adalah cetak biru organisasi selama lima tahun ke depan,” katanya.

Agar pergerakan organisasi berjalan dengan baik dan maksimal berkhidmah untuk umat, Sahal menghimbau para Pengurus PBNU baik di jajaran suriah ataupun tanfidziyah untuk segera melakukan langkah-langkah yang strategis. Menurut Sahal, di antara langkah strategis yang perlu ditempuh ialah menjabarkan garis besar program kerja NU agar bisa segera diaktifkan dan diterapkan di segala lini.

Dalam sambutannya tersebut, Sahal mengajak segenap pengurus yang baru agar segera mengabdikan diri untuk umat dan meminta bimbingan dan ridha Allah, “Sebagai imbauan agar kita bisa menjalankan amanat,“ tutur dia.
Continue Reading...
 

Mutakhorijin Ploso

Rasa Ta'dzim Kami untuk Semua Masyayikh Pesantren Alfalah Ploso, Melaluli Blog ini Semoga Terjalin Ukuwah Antar Sesama Alumni.

Mutakhorijin Alfalah Ploso Kediri Copyright © 2010 limpas Oline rudin for Wong limpas